27 May 2010

Perkasa elemen spiritual hadapi dugaan kehidupan



Semua cabaran, ujian dunia bertujuan uji kesabaran, tahap keimanan setiap umat Islam

KEHIDUPAN ini adalah permainan dalam pelbagai acara yang mencabar dan penuh ujian Allah, bertujuan menguji kesabaran dan tahap keimanan seseorang. Ada kalanya kita berupaya melepasi ujian itu, namun ada juga yang tidak berupaya menghadapinya lantas merungut dengan apa yang berlaku.

Harus diakui ada ketika kita tidak mampu mengelak daripada menghadapi tekanan dalam menjalani kehidupan. Pelbagai tekanan dihadapi menyebabkan kita hilang semangat disebabkan cabaran dan dugaan yang datang silih berganti dan setengahnya pula secara bertimpa-timpa. Ujian yang akan dihadapi oleh manusia di dunia ini adalah dalam dua bentuk iaitu ujian kesusahan dan ujian kesenangan. Kedua-dua ujian itu benar-benar menguji kita sebagai hambanya. Ingatlah bahawa kehidupan di dunia yang meliputi kemewahan dengan segala pangkat kebesaran hanya kesenangan bagi mereka yang terpedaya kalau kita hanyut dengannya.

Firman Allah yang bermaksud:

“Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams, ayat 8-10)

Dalam menghadapi kedua-dua ujian itu, elemen spiritual dalam diri individu hendaklah diperkasakan bagi membantu seseorang menghadapi apa saja dalam kehidupannya, sama ada kesusahan dan kesenangan. Justeru, apa pun bentuk ujian yang melanda, perkara pokoknya adalah kita sentiasa reda dan bersyukur kepada Allah.
Firman Allah yang bermaksud:

“Demi sesungguhnya Kami menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan lapar (dengan berlakunya) kekurangan harta benda dan jiwa serta hasil tanaman dan berilah khabar gembira kepada orang yang sabar.” ( Al-Baqarah, ayat 155)

Semakin tinggi nilai keimanan seseorang itu maka semakin tinggilah tahap ujian dihadapinya. Ini termasuk ujian membabitkan Nabi dan Rasul Allah. Oleh sebab itu kita menyaksikan menjadi sunnah orang beriman untuk diuji dengan ujian yang hebat.

Firman Allah yang bermaksud:

“Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang yang dusta.” (Al-Ankabut, ayat 2-3)

Tidak dinafikan ujian adalah pengalaman yang amat berharga dan bernilai bagi manusia. Kadangkala kita tidak boleh menerima ujian yang diserahkan kepada kita dengan menganggap bahawa Allah tidak adil, pilih kasih dan sengaja menyusahkan kehidupan kita.

Maknanya secara terbuka kita menyalahkan Allah kerana mendatangkan ujian itu. Keimanan dan ketakwaan kita lebur bila hati kita berdendam dengan prasangka buruk pada Allah berkaitan dengan perkara itu.

Sebenarnya, ujian yang kita tempuhi dapat melatih kita untuk memperoleh sifat terpuji. Sabar, reda, tawakal, baik sangka, mengakui diri sebagai hamba yang lemah, mendekatkan diri dengan Allah di samping mengharapkan pertolonganNya, merasai dunia hanya nikmat sementara dan sebagainya.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

“Allah pasti akan menguji salah seorang dari kamu dengan sesuatu kesusahan, seperti halnya salah seorang dari kamu menguji emasnya dengan api. Sebahagian dari mereka ada yang berjaya keluar dari cubaan Allah seperti emas murni dan sebahagian yang lain ada yang keluar seperti emas yang hitam.” (Riwayat Tabrani)

Berasa diri berdosa adalah juga sifat terpuji. Sebab itu bagi orang yang sudah banyak melakukan dosa atau lalai daripada mengingati Allah, maka Allah datangkan ujian kesusahan kepadanya.

Rasulullah pernah membayangkan melalui sabda Baginda bahawa:

“Akan datang suatu zaman atas umatku, bahawa mereka sangat sukakan lima perkara dan melupakan lima perkara yang berlainan dengannya. Mereka sukakan penghidupan lalu melupakan mati, mereka sukakan dunia dan melupakan akhirat, mereka sukakan harta kekayaan dan melupakan hari perhitungan, mereka sukakan rumah besar dan melupakan kubur, mereka sukakan manusia dan melupakan Tuhan Penciptanya.” (Riwayat Bukhari)

Sesungguhnya pilihan itu terletak di tangan kita. Adakah dugaan dan ujian yang tidak berupaya untuk kita menghadapinya. Adakah kita berterusan untuk mengakui kegagalan dan menjadikan alasan itu untuk terus putus asa. Akhirnya kita menjauhkan diri kita daripada Allah atau adakah ujian dan dugaan itu akan kita hadapi melalui jiwa besar lagi perkasa.

Kita laluinya dengan rasa reda dan tunduk kepada Allah. Suatu rumusan daripada ramuan kehidupan yang akhirnya berupaya mengangkat martabat keimanan kita. Bagi orang yang dikasihi Allah, kehidupan di dunia sarat dengan ujian yang didatangkan-Nya seperti kesusahan, penderitaan, kesakitan, kemiskinan, kehilangan pengaruh dan sebagainya.

Sekiranya kita boleh bersabar dan reda, maka itulah ganjaran pahala untuk kita. Firman Allah bermaksud:

“Apakah kamu mengira bahawa kamu akan masuk syurga, pada hal belum nyata bagi Allah orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata orang yang bersabar.” (Ali Imran , ayat 142)

Sebenarnya penyelewengan akidah disebabkan kemiskinan membuatkan sebahagian para salaf berkata: “Jika kemiskinan pergi ke satu negeri maka kekufuran berkata kepadanya, bawalah aku pergi bersamamu”. Maksudnya kekufuran itu mudah mengekori seseorang yang berada dalam kemiskinan. Kita perlu berhati-hati agar tidak tergelincir daripada aqidah yang sekian lama dipertahankan.

Sebaliknya kalau kita tidak boleh bersabar dan tidak reda, malah merungut-rungut, mengeluh dan memberontak, hanya akan menambahkan bebanan dosa kita. Seorang pelopor gerakan tasauf, Zun Nun al-Misri berkata: “Kebanyakan manusia yang ditimpa kemiskinan berubah menjadi kafir dan sangat sedikit sekali di antara mereka yang mampu bersabar menanggung derita kemiskinan itu.”

- Penulis ialah Ketua Pegawai Eksekutif Dewan Amal Islami

Wireless Cockpit for PlayStation 3 & PC Racing Game Fans With Ferrari Wireless GT Cockpit 430 Scuderia Edition:



Power gilerr

Manfaat, Keutamaan dan Kekuatan Do’a



Do’a mempunyai kekuatan yang luar biasa. Do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang paling mulia di sisi Allah. Do’a adalah inti sarinya ibadah. (HR. Tirmidzi). Do’a adalah senjatanya seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la). Dengan senantiasa berdo’a akan menghadirkan energi baru, menambah stamina dan menenangkan batin dan jiwa.

Diriwayatkan dari shahabat Nu’man bin Basyir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Do’a adalah ibadah”, kemudian setelah itu beliau membaca ayat “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60) (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrad no.714.

Di ayat lain disebutkan : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku”. (QS. Al Baqarah: 186).

Di dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan do’a, “Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah ta’ala selain do’a” (HR. Ahmad no. 8733. Syu’iab Al Arnauth berkata bahwa hadits ini hasan).

Berkaitan dengan Manfaat, Keutamaan dan Kekuatan Do’a, saya begitu haru membaca komentar-komentar sobat semua di postingan Mohon Maaf | Mohon Do’a yang telah saya sampaikan sebelumnya. Tak lupa saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada sobat-sobat semua atas dukungan dan supportnya ikut mendo’akan kesembuhan ibu saya sehingga alhamdulillah saat ini ibu saya sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat di Rumah Sakit selama satu minggu.

اللهم رب الناس اذهب البئس واشفها انت الشافي ولا شفاء الاشفائك شفاء لا يغادر سقما

Ya Allah Tuhan segala manusia, jauhkanlah kesukaran/penyakit itu dan sembuhkanlah ia (ibuku), Engkaulah yang menyembuhkan, tak ada obat selain obat-Mu, obat yang tidak meninggalkan sakit lagi.

Do’a sobat semua adalah hadiah terbesar dan terindah yang saya terima, penuh manfaat dan daya guna. Sekali lagi saya hanya bisa mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas dukungannya dan tidak bisa membalas kebaikan sobat semua, mudah-mudhahan Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang akan membalas kebaikan sobat-sobat semua. Jazakumullah khoiron katsiron. Wa jazakumullah ahsanal jaza.